Juara Karya Tulis Ilmiah Oleh Mahasiswa PBA UIN M Syech Djamil Djambek Bukittinggi (Nur Izzatillah) Dalam Acara Haflah Ke-VI di UIN Imam Bonjol Padang

 FENOMENA INSECURE DALAM PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB DAN 

SOLUSINYA

Nur Izzatillah

nurizzatillah8@gmail.com

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,

UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena insecure dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab dan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi fenomena tersebut. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa insecure sangat berpengaruh kepada proses pembelajaran keterampilan berbicara karena akan menimbulkan rasa takut, malu, rendah diri, dan takut untuk mencoba. Solusi yang dapat digunakan adalah memperkuat motivasi belajar, aktif dalam mempraktikkan bahasa Arab yang dipelajari, dan mencari lingkungan dan teman-teman yang mendukung pembelajaran. Demikian penelitian yang peneliti lakukan. Kesimpulannya adalah perasaan insecure dapat menghambat pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab, maka solusi-solusi di atas dinilai dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut.

Kata kunci: insecure, pembelajaran, keterampilan berbicara, bahasa Arab

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia akhir-akhir ini sangatlah pesat, tidak hanya dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi, namun perkembangan ini juga dapat dilihat istilah-istilah baru yang muncul dan mulai banyak digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari remaja hingga orang dewasa. Kata tersebut adalah insecure. Insecure adalah keadaan dimana seseorang merasa tidak aman, dan menganggap diri rendah.1

Insecure juga bisa dimaknai dengan perasaan cemas yang dirasakan seseorang karena suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, konsep yang salah tentang sesuatu, atau sifat perfeksionis yang dimilikinya. Virus insecurei ni terus mewabah di masyarakat, terutama pada tingkat remaja karena seringnya digaungkan di media sosial. Perasaan cemas yang timbul sebenarnya adalah hal yang wajar, namun jika sudah berlebihan, maka ini akan turut mempengaruhi kesehatan mental orang yang menderitanya.Secara psikologis, seorang remaja yang berada pada usia 18-25 tahun, termasuk pada kategori remaja tahap akhir yang mana mereka sudah memiliki intelektual yang tinggi, kritis, dan sudah dapat beradaptasi dengan kondisi fisiknya. Selain itu mereka sudah merasa dibebani tanggung jawab terhadap tindakan mereka sendiri.2 Hal ini menjadikan mereka mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus mampu dan siap menghadapi segala situasi, baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dituntut siap untuk dapat beradaptasi, menjalin komunikasi, berinteraksi dengan banyak orang agar bisa membangun jaringan yang lebih luas. Namun, masalah timbul ketika rasa percaya diri seorang remaja itu tidak terbangun dengan baik. Akibatnya, dia tidak siap menghadapi situasi yang menghampirinya.

Dalam pembelajaran bahasa Arab misalnya. Pentingnya belajar bahasa Arab semakin berkembang saat ini. Pada awalnya bahasa Arab hanya dianggap sebagai bahasa agama Islam dan bahasa negara-negara Arab, tetapi kini sudah memiliki fungsi lebih besar. Bahasa Arab telah menjadi bahasa informasi dan komunikasi di dunia, sehingga telah terdaftar sebagai bahasa internasional di PBB. Selain itu,Aprillia dan Ubaidillah mengutip ungkapan dari Wael Ali Muhammad As-Sayyid mengenai peran bahasa Arab yang kini bukan lagi sebagai bahasa agama, melainkan juga bahasa ilmu pengetahuan.3

Oleh karena itu, pembelajaran bahasa -baik itu bahasa ibu maupun bahasa asing- menuntut agar pembelajarnya dapat berkomunikasi dengan baik. Karena di dalam bahasa, kita tidak hanya belajar kaidah-kaidah penyusunan kalimat, kosa kata ataupun mengucapkan kata dalam bahasa Arab, namun lebih jauh seorang pelajar harus mampu berkomunikasi secara aktif (berbicara) yang akan membantunya mengenal budaya, sastra, dan agama. Ditambah lagi, mereka yang memiliki kemampuan atau skill dalam berbicara bahasa asing akan mempunyai peluang lebih besar dalam dunia kerja daripada orang umum lainnya.Dari tuntutan-tuntutan pembelajaran tersebut, maka dibutuhkan rasa percaya diri yang tinggi dalam belajar bahasa, karena ketidakmampuan mencapai tahap percaya diri –atau dalam istilah kekinian disebut dengan insecure- dalam berkomunikasi akan sangat menghambat pembelajaran bahasa itu sendiri, karena dapat memunculkan perasaan takut salah, takut memulai, terbata-bata, atau menjadi tidak termotivasi lagi dalam mempelajarinya. Berdasarkan permasalahan yang ditemui tersebut, maka peneliti memandang bahwa mencari tahu fenomena dari perasaan insecure dalam keterampilan berbicara itu perlu dilakukan, agar ditemukan fakta dan solusinya sehingga dapat mengurangi permasalahan insecure dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab.Beberapa kajian penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema dengan tulisan ini, di antaranya: pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mamdukh Budiman pada tahun 2015 dengan judul Kecemasan Berbahasa Asing (Bahasa Arab). Tulisan ini membahas tentang konsep, pengaruh dan penyebab kecemasan terhadap bahasa asing. Kedua, Era Wahyu Ningsih pada tahun 2019 dengan judul Kecemasan dalam Berbicara Bahasa Inggris Mahasiswa Semester Keempat Akademi Bahasa Asing Balikpapan. Tulisan tersebut membahas tentang bagaimana pengaruh kecemasan dan suasana belajar terhadap kemampuan berbicara siswa dalam proses belajar mengajar. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Anis Syafitri, Audi Yundani, dan Wisnu Kala Kusumajati pada tahun 2019 dengan judul Hubungan antara Kepercayaan Diri Siswa Terhadap Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris. Tulisan tersebut membahas tentang hubungan antara kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan berbicara bahasa Inggris.Dari beberapa literatur tersebut, menunjukkan bahwa fenomena insecuredalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab belum dibahas secara spesifik oleh peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji fenomena insecure dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab serta solusinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi pembelajaran bahasa Arab.

METODET

ulisan ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research) yaitu menggunakan buku serta literatur yang lainnya sebagai objek utama, dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan informasi berupa data-data deskriptif yang ada di dalam sumber yang diteliti.4 Sumber data yang digunakan ada dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Insecure adalah perasaan tidak percaya diri, cemas, takut dan malu terhadap kemampuan diri yang disebabkan oleh sesuatu yang dipandang dengan cara yang salah. Perasaan semacam ini sangat fatal bila ditampilkan dalam pembelajaran bahasa asing terutama pada pembelajaran keterampilan berbahasanya. Menurut Harmer, pembelajaran keterampilan berbicara itu memberikan kesempatan untuk berlatih berbicara dalam kehidupan nyata yang diajarkan di dalam lingkungan kelas. Tugas berbicara ini mendorong siswa untuk menggunakan bahasa yang mereka pelajari, sehingga setiap orang dapat melihat seberapa pandai dan lancar mereka dalam berbicara serta dari sana dapat diketahui apa masalah yang mereka alami dalam kegiatan tersebut.5Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran bahasa memang membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang kita tahu dan apa yang kita inginkan. Maka, keberadaan sikap tidak percaya diri sangat ditolak. Fenomena Insecure Awal munculnya istilah insecure adalah pada abad pertengahan, yaitu berkisar antara tahun 1640-an, kata ini berasal dari bahasa latin yaitu insecurus, yang awalnya digunakan untuk menggambarkan situasi tidak aman secara umum.Lalu, istilah ini muncul dan berkembang dalam dunia psikologi mulai tahun 1917 untuk menunjukkan kondisi jiwa yang tidak aman.6

Dari segi bahasa, insecure merupakan kebalikan dari secure yang berarti aman. Istilah ini, dalam kamus bahasa Inggris berarti plin-plan, tidak teguh pendirian, mudah goyah atau tidak aman.7Menurut Abraham Maslow, insecure adalah suatu keadaan dimana seseorang yang merasa tidak percaya diri, menganggap dunia ini sebagai hutan yang mengancam dan manusia itu adalah makhluk yang berbahaya dan egois.8 Menurut Dosen Fakultas UGM, Acintya Ratna Priwati, S.Psi., M.A., insecurem erupakan perasaan yang menganggap diri tidak mampu, kurang percaya diri, serta adanya rasa kecemasan akan tujuan, kemampuan, dan hubungan dengan orang lain. Setiap orang pasti pernah merasakan perasaan insecure, namun orang yang memilik rasa insecure yang berlebihan, umumnya tidak akan bisa menerima diri sendiri, mereka sangat bergantung tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya dan menilai kemampuannya secara tidak objektif. Maka, orang yang memiliki perasaan insecure biasanya susah berhubungan dengan orang lain dan mudah tenggelam dalam pikiran-pikiran negatifnya. Mereka akan lebih mudah merasa emosi dan suka membanding-bandingkan keadaan dirinya dengan orang lain. Dikutip dari Syifaul Ain Fain Putri, bahwa penyebab dari rasa insecure ini dijelaskan oleh seorang psikolog bernama Melanie Greenberg Ph. D., menerangkan bahwa penyebab paling umum dari perasaan insecure ini ada beberapa hal, di antaranya:

1. Kegagalan atau penolakan

Peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang menentukan perasaan gembira dan sedihnya. Kejadian-kejadian buruk seperti berakhirnya hubungan, kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan atau buruknya kesehatan akan membuat seseorang mulai merasa tidak aman dan memunculnya pemikiran-pemikiran negatif dalam dirinya.

2. Kecemasan sosial

Dalam hal ini, seseorang yang merasa insecure berawal karena dia tumbuh dalam keluarga yang kritis, banyak tuntutan, overprotective,dan sebagainya. Itulah yang menjadikannya kurang percaya diri dan cemas menghadapi keadaan ramai, yaitu karena takut terhadap penilaian orang lain terhadapnya.

3. Sikap perfeksionisme

Ada beberapa orang yang menetapkan standar yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Namun tentunya tidak semua yang direncanakan itu teraplikasi dengan baik. Maka, orang yang perfeksionis akan merasa kecewa dan marah pada diri sendiri jika hasil yang dia inginkan tidak sesuai dengan harapan. Hal inilah yang nantinya berujung pada permasalahan depresi, kecemasan, dan gangguangangguan mental lainnya. Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Secara bahasa, berbicara adalah suatu perkataan atau ungkapan. Berbicaraa dalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan idenya melalui bahasa yang dipahami oleh lawan bicaranya.10 Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang diajarkan dari tiga keterampilan lainnya, yaitu mendengar, membaca, dan menulis. Menurut istilah, keterampilan berbicara atau yang biasa dikenal dengan maharatul kalam adalah kemampuan mengucapkan bunyi bahasa Arab dengan benar untuk mengekspresikan pikiran, berupa ide, pendapat, keinginan dan perasaan kepada lawan bicaranya.11

Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan berbicara ini adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan apa yang ada di dalam pikirannya dalam kata-kata yang tersusun rapi sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan berbicara ini pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena semenjak lahir kemampuan berbicara ini adalah bagian dari pembelajaran. Setiap anak yang lahir akan belajar berbicara dari apa yang ia dengar dari lingkungannya, dan pada akhirnya ia juga akan dapat mengucapkannya.Tujuan pembelajaran keterampilan berbicara menurut Taufik, diantaranya adalah: (a) agar dapat menyatakan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab; (b) agar dapat mengungkapkan keinginan hati dan ide-ide dengan menggunakan kaidah bahasa Arab yang benar; (c) agar dapat mengungkapkan ungkapan bahasa Arab dalam situasi dan kondisi apapun dengan cepat; (d) agar dapat menelusuri literaturliteratur berbahasa Arab; dan sebagainya.12 Dari jabaran tujuan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pokok dari pembelajaran keterampilan bahasa Arab adalah agar pelajar dapat mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikirannya secara benar, dengan ringan tanpa paksaan dan sesuai situasi serta kondisi. Jika pelajar telah memenuhi tujuan-tujuan tersebut, maka pembelajaran dikatakan sudah berhasil.Fenomena Insecure dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Solusinya Menurut Effendi seperti yang dikutip oleh Aprilia dan Ubaidillah, kegiatan berbicara itu seharusnya menarik dan menciptakan suasana yang ramai dalam kelas.13 Namun jika hal tersebut tidak terjadi, dan tidak merangsang keaktifan siswa, maka terdapat masalah dan hambatan dalam pembelajaran. Masalah yang terjadi dalam pembelajaran keterampilan berbicara dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu problematika linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan kebahasaan secara langsung, sedangkan problematika non linguistik adalah masalah-masalah yang dapat menghambat pembelajaran bahasa Arab dari luar unsur bahasanya.14 Problematika linguistik dapat berasal dari pengucapan bunyi, kosa kata, ataupun penulisan bahasa Arab itu sendiri. Lalu, masalah non linguistik salah satunya diakibatkan karena siswa merasa tidak percaya diri dalam berbicara. Beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah mereka takut salah, takut dikritik, malu, tidak tahu apa yang akan diucapkan, dan lain-lain. Menurut Myers, tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam diri seseorang dapat dilihat dari caranya yang mampu berbicara dengan tenang, jelas dan menggunakan bahasa yang tidak rumit. Dan kepercayaan diri ini juga menjadi kunci untuk memulai berbicara secara komunikatif.15 Antara proses pembelajaran bahasa dengan fenomena insecure ini sangat mungkin berhubungan satu sama lain, yakni berbahasa. Sebagaimana pendapat dari Gardener :

Language anxiety can be defined as the feeling oftension and apprehension 

specifically associated with second language contexts, including speaking, 

listening, and learning. In the past few years, research has shown that language 

anxiety is the specific type of anxiety most closely associated with second language  performance.16

"Kecemasan berbahasa asing adalah dari perasaan gelisah, khawatir, gugup dan ketakutan yang dialami oleh bukan penutur asli ketika belajar atau menggunakan bahasa kedua atau asing. Perasaan ini mungkin berasal dari konteks bahasa kedua apakah terkait dengan keterampilan produktif berbicara dan menulis, atau keterampilan reseptif membaca dan mendengarkan."Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perasaan insecure yang dialami pelajar bahasa asing adalah ketakutan akan konteks bahasanya, baik itu dari sistem atau kaidah bahasa asing, keadaan sosial lingkungan si pelajar, komunikasi interpersonal, latihan bahasa, ujian, dan kemahiran dalam berbicara.17 Banyak dari mereka yang mundur dalam mendalami bahasa Arab karena menganggap bahasa Arab itu sulit dari segi gramatikanya yang begitu kompleks, struktur kalimatnya, rimanya, dan sebagainya. Dari pandangan awal inilah akhirnya akan muncul rasa cemas dan was-was. Selanjutnya, pikiran-pikiran negatif akan mulai berdatangan, diantaranya membayangkan dirinya diejek orang, dihina, dijadikan bahan tertawaan, dimarahi atau cemas akan terlihat aneh.Dari permasalahan tersebut, ada beberapa solusi yang ditawarkan. Pertama, perihal motivasi. Dengan adanya motivasi, tujuan seseorang dalam belajar itu akan lebih kuat. Orang yang sudah memiliki motivasi akan lebih bersungguh-sungguh belajar, berusaha sampai bisa, selalu mempertahankan semangatnya, lebih perhatian pada pembelajaran, dan dari sana akan timbul kepercayaan diri. 18

Kedua, meyakinkan bahwa kesalahan bukanlah sebuah dosa bagi pembelajar bahasa Arab tingkat pemula. Dalam kegiatan belajar pasti tidak lepas dari kesalahan. Namun, dari kesalahan itulah akan terluang kesempatan untuk terus memperbaiki diri. Maka, lambat laun kesalahan-kesalahan itu akan berkurang sedikit demi sedikit. 

Ketiga, gunakan kaidah berbahasa itu seperlunya, sebagaimana Al-Imam As-Sakhawi ra dalam kitab Fathul Mughits menukuli ucapan Al-Imam Asy-Sya’bi ra bahwa "Nahwu dalam perkataan bagaikan garam dalam makanan". Jika garam tidak ada dalam makanan, maka dia akan terasa hambar. Akan tetapi, jika terlalu banyak, dia juga menjadi keasinan. Maka gunakan kaidah bahasa itu seperlunya saja. Terlalu was-was dan berhati-hati terhadap kaidah bahasa Arab sehingga takut dalam mengucapkannya, maka itu tidak akan efektif, karena yang lebih penting dalam bahasa komunikasi adalah praktik mengungkapkan bahasa itu secara langsung.

Keempat, dalam proses belajar berbahasa, pelajar harus menanamkan anggapan, bahwa faktanya semakin sering mempraktikkan bahasa yang dipelajari, maka akan semakin banyak kesalahan-kesalahan yang tampak dan perlu dibenahi. Diam dalam berbahasa membuat kemampuan berbicara tidak akan berkembang. Selain itu, pelajar harus belajar menerima kesalahan dan terbuka dengan strategi pengembangan diri.19 Di samping bermanfaat bagi kemampuan diri, kesalahan berbicara juga membantu membuat lawan bicara fokus dalam menyimak.

Kelima dan yang paling penting adalah pelajar harus memilih lingkungan 
yang mendukung cara belajarnya serta menghabiskan waktu bersama orang-orang 
yang mampu menghargai kualitas dan cara pandang pelajar tersebut.20

KESIMPULAN DAN SARAN

Fenomena insecure adalah fenomena yang sedang dibahas pada zaman sekarang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pendidikan, termasuk pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab. Insecure adalah perasaan cemas, takut, malu dan rendah diri terhadap kemampuan diri. Fenomena ini sering muncul pada diri orang yang sedang belajar bahasa asing, khususnya bahasa Arab karena menganggap bahasa Arab adalah bahasa yang susah, kompleks dan terikat dengan kaidah-kaidah. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. 
Dalam pembelajaran bahasa tentu praktik berkomunikasi itu sangat dibutuhkan untuk membiasakan diri. Maka, perasaan malu dan rendah diri itu harus dijauhi. Beberapa solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi rasa insecure dalam pembelajaran bahasa Arab di antaranya: meningkatkan motivasi dan kesungguhan belajar, meyakini bahwa sikap aktif dalam belajar bahasa akan lebih mengembangkan kualitas bahasa yang sedang dipelajari, serta usahakan untuk berada dalam lingkungan dan teman-teman yang mendukung dalam proses 
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti pengaruh solusi-solusi 
yang telah diteliti di atas di dalam kelas dan melihat seberapa besar pengaruhnya.
Apakah teori yang disajikan dapat diselenggarakan dengan baik di dalam kelas atau belum.



DAFTAR PUSTAKA
Adelina, Maria. 2017. Pengaruh Kepercayaan Diri dan Penguasaan Kosa Kata Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa. Jurnal SAP, Vol. 1 No. 3

Alfiati, Nurtsalitsa Wahyu. 2021. Analisis Wacana Mengatasi Perasaan Insecure dalam Buku "Insecurity is My Middle Name" Karya Alvi Syahrin. Skripsi Aprilia dan Ubaidillah. 2021. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Era abad 21 Berbasis Pendekatan Quantum, Jurnal Al-Ittijah, Vol. 13 No.2, Desember

Budiman, Mamdukh. 2015. Kecemasan Berbahasa Asing (Bahasa Arab). Jurnal Lensa Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya,Vol. 5 No. 2

Djalinus. 1993. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta

Effendy, Ahmad Fuad. 2015. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Insecure: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya, dalam http://fp.untar.ac.id/fakultas/beritadetail/2679#:~:text=Menurut%20Abraham%20Maslow%2C%20insecure%20adalah,kebanyakan%20manusia%20berbahaya%20dan%20egois. (diakses tanggal 23 November 2022 pukul 19.05 WIB) 

Hammer. 2007. The Practice of English Teaching. Harlow: Longman

Hermawan, Acep. 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosda Karya 

Hidayat, Nandang Syarif. 2012. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37 No. 1 

Mantra, Ida Bagoes. 2008. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maslow, Abraham H. The Dynamic of Psicological Security-Insecurity. Journal of Personality Vol. 10 No. 4

Priwati, Acintya Ratna (Dosen Psikologi UGM). Berbagi Tips Hadapi Insecure, dalam https://www.ugm.ac.id/id/berita/22698-dosen psikologi-ugm-bagitips-hadapi-insecure (diakses tanggal 23 November 2022 pukul 19.10 WIB)

Putri, Syifa'ul A. Fain. 2022. Peran Al-Qur'an dalam Mengatasi Rasa Insecure (Kajian TematikBerdasarkan Jumhur). Skripsi

Sa'diyah, Halimatus. 2019. Upaya Menumbuhkan Self-Confidence Berbicara Bahasa Arab Mahasiswa Melalui Grup Whatsapp. Jurnal Al Mi'yar, Vol. 2 No. 2

Taufik. 2016. Pembelajaran Bahasa Arab MI. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press Utami, D. Tri. 2021. A Handbook for Insecurity. Jawa Tengah:Brilliant

Komentar

Postingan Populer